Kamis, 22 Desember 2011

REFLEKSI


REFLEKSI
Kelompok 5
“FAKTOR EDAFIK (TANAH)”
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara.
ü  Tanah tidak hanya terdiri dari satu unsur saja, melainkan terdiri dari beberapa unsur, yang dalam garis besarnya tersusun atas : padatan, cairan, dan gas.
ü  Tekstur tanah terdiri atas fraksi pasir yang memiliki diameter 2,00- 0,20 mm, debu yang memiliki diameter 0,20 – 0,002 mm, liat yang memiliki diameter < 0,002 mm, dan fraksi kerikil (grave) yang memiliki diameter > 2 mm.
Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :
  1. Derajat Kemasaman Tanah (pH)
b.   C-Organik      
  1. N-Total
  2. Pupuk
  3. Air Hujan
  4. P-Bray
  5. Kalium (K)
  6. Natrium (Na)
  7. Kalsium (Ca)
  8. Magnesium (Mg)
  9. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
  10. Kejenuhan Basa (KB)


1.   Interaksi manusia dan tumbuhan
            Hutan kota merupakan jenis hutan yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biotik, terutama manusia. manusia juga mampu mempengaruhi kehidupan tumbuhan di suatu tempat dengan melakukan perlindungan dan perkembangan.
  1. Interaksi antar tumbuhan dan hewan dalam komunitas
            Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. Hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora.
  1. Interaksi antar  tumbuhan dalam komunitas
            Komunitas tumbuhan adalah unit-unit dengan karakteristik sosiologi. Sehingga mereka memakai istilah sosiologi tumbuhan atau Phytocoenology untuk memberi batasan ilmu yang berkaitan dengan komunitas tumbuhan. Ada juga yang menganggap bahwa komunitas tumbuhan seperti “organismee”, dan ada yang memandang sebagai unit yang lebih kompleks yang terdiri dari beberapa lapisan komunitas yang disebut synusiae.
Apabila Terjadi Pencemaran Pada Tanah
Jika suatu zat berbahaya telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Dampak Pada Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung , jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium , berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak , serta kerusakan ginjal.

Tidak semua lahan di permukaan bumi dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia karena terdapat kendala-kendala tertentu, seperti adanya lahan yang tertutup es yang tebal yaitu lahan di kutub dan di pegunungan tinggi, tanah-tanah yang gersang dengan suhu terlalu tinggi seperti lahan-lahan di gurun, lahan-lahan yang tidak subur, serta lahan-lahan yang terdiri atas batu cadas, yang semuanya sangat sulit diolah. Hanya lahan-lahan yang secara kualitatif sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia disebut lahan potensial.
Lahan potensial yang ada di permukaan bumi dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk nonpertanian antara lain dalam bentuk:
1. Pemanfaatan untuk lokasi industri.
2. Pemanfaatan untuk lokasi perdagangan.
3. Pemanfaatan untuk wilayah pemukiman.
4. Pemanfaatan untuk fasilitas-fasilitas sosial seperti hiburan, prasarana, transportasi dan fasilitas- fasilitas sosial lainnya.
“Mari kita jaga kebersihan dari limbah limbah yang berbahaya,karena limbah limbah itu akan membuat kesehatan kita terganggu”

Kelompok 6
“POPULASI”
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu.
      Contoh populasi dari komunitas sungai dapat berupa populasi rumput, populasi ikan, populasi kepiting, popuasi kerang, populasi sumpil, dan lain-lain Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam komunitasnya.
Penyebaran Populasi
            Endemik adalah Endemisme dalam ekologi adalah gejala yang dialami oleh organisme untuk menjadi unik pada satu lokasi geografi tertentu, seperti pulau, lungkang (niche), negara, atau zona ekologi tertentu. Untuk dapat dikatakan endemik suatu organisme harus ditemukan hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di tempat lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persebaran jenis endemik dan kosmopolit. Seperti keadaan iklim yang mencakup curah hujan, suhu, jenis tanah dan topografi. Curah hujan merupakan komponen iklim yang penting bagi sebagian besar organisme, terutama tumbuhan. Daerah tropis mempunyai curah hujan dan suhu udara yang tinggi sehingga memiliki lebih banyak spesies tumbuhan dan hewan dari pada daerah iklim sedang atau lainnya.
Interaksi antar populasi, bila antar populasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan.
·         Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.

Interaksi antarorganisme
ü  Netral
ü  Predasi
ü  Parasitesme
ü  Komensalisme
ü  Mutualisme
Karakteristik populasi
1.      Kepadatan
2.      Natalitas
3.      Mortalitas
4.      Distribusi umur
5.      Distribus populasi
6.      Distribusi spasial
7.      Bentuk pertumbuhan populasi
8.       
* Populasi antar hewan ini semakin memburuk diakibatkannya lahan lahan atau hutan banyak dijadikan pabrik atau dirusak habis oleh manusia bahkan hewan hewan pun diburu liar oleh manusia,sekarang populasi hewan menurun drastis. Serta mengakibatkan kerusakan lingkungan, tetapi juga mengancam populasi aneka flora dan fauna, bahkan banyak sekarang hewan hewan yang termasuk dilindungi oleh pemerintah karena populasi mereka yang hamper punah.
“Mari kita sayangi bumi ini,jangan sampai hutan dijajah oleh orang asing yang hanya ingin membahagiankan dirinya tanpa melihat resiko yang kita dapat”

Sabtu, 10 Desember 2011

Benalu


Benalu (Loranthus, Spec. div.)
Sinonim :
Familia :
Loranthaceae
Uraian :
Benalu (loranthus) merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya tidak memerlukan media tanah. Ia hidup sebagai parasit (parasiet=Belanda), menempel pada dahan-dahan pohon kayu lain dan mengisap mineral yang larut dalm pohon kayu yang ditempelinya dapat mati. Bunga benalu berkelamin tunggal biji buahnya mengandung getah.Pengembangbiakannya melalui binatang atau burung yang memakan biji buah benalu tersebut. Proses pengembangbiakannya sangat sederhana: biji benalu yang bergetah itu dimakan binatang atau burung. Kemudian biji benalu tersebut melekat di dahan dahan kayu bersama dengan kotoran burung yang memakannya, dan tumbuh di dahan itu
Nama Lokal :
Benalu (Indonesia), Kemladean (Jawa), Pasilan; Definisi benalu. Benalu merupakan tumbuhan pengganggu tumbuhan lain. Benalu memiliki akar isap yang mampu mengisap sari makanan dari tumbuhan yang ditumpanginya. Akar benalu mampu menancap pada batang tumbuhan yang hidup, kemudia mengisap sari-sari makan pada tumbuhan itu. Dengan demikian, batang tumbuhan itu akan kehilangan sari makannya dan akhirnya mati. Benalu ini tergolong tumbuhan parasit (parasitisme). Benalu tumbuh pada dahan tumbuhan dengan perantara burung. Benali memiliki buah-buah kecil, apabila sudah masak rasanya manis. Buah inilah yang dimakan burung-burung kecil lalu ditelan bersama bijinya. Pada saat burung itu membuang kotoran, biji benalu akan ikut keluarbersama kotoran burung. Apabila biji benalu itu melekat pada dahan, maka biji akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Kita bisa melilhat benalu pada tumbuhan di sekitar kita seperti pohon mangga, rambutan, advokad dan belimbing.

Benalu Belimbing (Macrosolen cochinchinensis)
Macrosolen cochincinensis (Lour.) van Tiegh
1. Nama Tanaman
Macrosolen cochinchinensis (Lour.) van Tiegh dikenal dengan nama benalu, dalu-dalu (Sumatera), kemladehan (Jawa Tengah).
2. Klasifikasi tanaman
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Loranthales
Suku : Loranthaceae
Marga : Macrosolen
Jenis : Macrosolen cochinchinensis (Lour.) van Tiegh.
(van Steenis, 1975)
3. Uraian tanaman
Perdu yang bercabang banyak. Ranting dengan ruas yang membesar. Daun bertangkai pendek, eliptis sampai bentuk lanset, kadang-kadang bulat telur, gundul 3,5-17 kali 1,5-7 dengan ujung yang agak meruncing, serupa kulit, mengkilat. Karangan bunga berbunga 5-7, kebanyakan berdiri sendiri, di ketiak, kadang-kadang dalam berkas pada ruas yang tua. Tangkai bunga pendek. Tabung kelopak elipsoid, panjang lingkaran 3 mm, pinggiran mahkota sangat pendek. Mahkota sebagai tunas dewasa 1-1,5 cm panjangnya separo bagian bawah melebar, di tengah dengan 6 sayap, di atas menyempit menjadi buluh sempit, berakhir ke dalam gada tumpul, kuning atau hijau kekuningan, coklat tua di atas sayap, kuning sampai merah pada ujung. Taju mahkota pada akhirnya melengkung jauh kembali dan terpuntir. Bagian yang bebas dari benang sari panjangnya 3-5 mm. Kepala putik bentuk gada. Buah bulat peluru, panjang 6 mm, akhirnya coklat violet tua. Tumbuh di atas berbagai jenis pohon (van Steenis, 1975). Benalu merupakan tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang. Tumbuh dari dataran menengah sampai pegunungan dari ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan Juni-September. Waktu panen yang tepat bulan April-Mei (Anonim, 1999). Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian tanaman dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan (Anonim, 1999).
4. Kandungan dan Manfaat Tanaman
Daun dan batang benalu mengandung alkaloida, saponin, flavonoid dan tanin (Anonim, 1999). Benalu dari spesies Dendrophthoe mengandung glikosida kuersetin (Hargono, 1995).
Aktivitas Farmakologi
Herba benalu berkhasiat anti radang, anti bakteri dan anti bengkak (Anonim, 1999). Penelitian lain menyebutkan bahwa benalu memiliki kegunakan sebagai obat batuk, diuretik, pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan, penghilang rasa nyeri, luka atau infeksi kapang (Hargono, 1995). Fraksi air dan fraksi etil asetat dari daun benalu yang tumbuh pada petai mampu melarutkan batu ginjal kalsium secara in vitro (Sasmito et al., 2001). Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain juga berkhasiat dalam pengobatan kanker, amandel dan penyakit campak (Thomas, 1999).
Penggunaan di Masyarakat
Secara empiris dekokta dari M. cochinchinensis yang tumbuh pada inang pohon teh telah digunakan dalam pengobatan kanker (Jamilah, 2003). Banyak yang berhasil sembuh sehingga pengobatan tradisional pun menjadi tumpuan harapan baru bagi para penderita kanker. Sementara senyawa dalam benalu telah lama diperkirakan bekerja sebagai penghambat keganasan kanker. Benalu yang direbus menjadi teh terbukti dapat dipakai sebagai obat penunjang selama menjalani kemoterapi. Beberapa spesies benalu sejak zaman dahulu telah digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Misalnya Viscum album L var lutecens Makino untuk mengobati sakit pinggang dan jamu pasca melahirkan para ibu di Jepang, Viscum album L untuk mengobati kanker di Korea dan Cina, bahkan di beberapa negara Eropa menjadi obat antikanker nonkonvensional dan dijual dengan nama dagang Iscador (Artanti, 2004).
5. Penelitian Mekanisme Antikanker
Hasil skrining benalu dari spesies Dendrophthoe pentandra dan M. cochinchinensis yang tumbuh pada berbagai inang menunjukkan bahwa dengan metode DPPH free radical scavenging activity (Yen and Chen, 1995) yang dimodifikasi (Artanti et al., 2003), semua ekstrak air dan etanol yang diuji aktif sebagai antioksidan ( IC50<50 µg/ml), sedangkan dengan metode BSLT ekstrak air tidak bersifat toksik sedangkan ekstrak etanol relatif lebih toksik dan tampaknya tergantung pada jenis inang, hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan senyawa yang aktif sebagai antioksidan tidak selalu bersifat toksik terhadap brine shrimp (Artanti et al., 2003; 2004).
Hasil KLT dan LCMS (Liquid Chromatography Mass Spectroscopy) menunjukkan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol benalu dari spesies D. pentandra yang tumbuh pada berbagai inang memiliki senyawa utama yang sama yang diduga adalah quersitrin suatu senyawa flavonol glikosida yang merupakan marker taksonomi dari famili Loranthaceae. Quersitrin juga telah diisolasi dari benalu duku (M. cochinchinensis) (Jamilah, 2003). Hasil uji dengan sel kanker (in vitro), baru 3 ekstrak yang menunjukkan aktivitas sangat baik pada sel kanker, salah satu diantaranya yaitu ekstrak air daun benalu belimbing (YI) (M. cochinchinensis). Hasil uji antikanker in vitro (Artanti et al., 2003), menunjukkan bahwa ekstrak air benalu belimbing (YI) (M. cochinchinensis) mempunyai IC50 = 0,63 ppm terhadap sel kanker payudara MCF7; uji antikanker in vitro juga telah dilakukan pada sel kanker L1210 (IC50 = 41,0 ppm), HCT116 (IC50 > 20 ppm), dan A431 (IC50 > 20 ppm). Hasil uji viabilitas sel kanker B16 bahwa ekstrak ini pada konsentrasi 100 ppm tidak menunjukkan toksisitas (viabilitas 93%), tetapi pada konsentrasi 200 ppm dan 400 ppm menunjukkan sifat toksik (viabilitas 26% dan 9%) (Artanti et al., 2004). Uji DPPH dengan metode Shimzu et al. (2001) menunjukkan bahwa ekstrak air benalu ini menunjukkan aktivitas antioksidan 95,7% pada konsentrasi 50 ppm (Artanti et al., 2004). Dengan adanya penelitian secara in vivo ini diharapkan bisa mendapatkan bukti secara ilmiah mengenai khasiat ekstrak air daun benalu belimbing (M cochinchinensis) sebagai obat antikanker selain itu juga diharapkan dapat menambah koleksi data laboratoris dari kegunaan ekstrak air daun benalu belimbing sebagai antikanker.





http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia/ensiklopedia-tanaman-anti-kanker/b/benalu-belimbing/